2/28/2015

Mengimplementasikan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Tulisan ini bersumber pada buku Educational Psychology karya Anita E. Wolfolk yang ditebitkan oleh Allyn and Bacon pada tahun 1995 dan buku dengan judul yang sama: Educational Psychology karya Robert E. Slavin dengan penerbit yang sama (Allyn and Bacon) pada tahun 1997.

Cara Mengimplementasikan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Model pengajaran langsung atau yang lebih dikenal sebagai model pembelajaran langsung tentu saja pengelolaan pelaksanaannya berbeda dengan model pembelajaran lain seperti model pembelajaran kooperatif atau model pembelajaran berdasarkan masalah (PBM). Berikut ada beberapa tips yang dapat kita ikuti untuk mengimplementasikan model pembelajaran ini di kelas.
Implementasi Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Implementasi Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

1. Tips agar Implementasi Model Pembelajaran Langsung Sukses

a. Pusatkan Perhatian Siswa

Siswa harus memiliki perhatian yang terpusat kepada guru pada saat guru melakukan presentasi atau demonstrasi. Ini adalah kunci sukses yang harus diyakinkan dipegang oleh guru selama pembelajaran dengan model direct instruction berlangsung. Terpusatnya perhatian (atensi) siswa akan membantu siswa untuk mengetahui detail-detail dari keterampilan atau pengetahuan yang sedang dipresentasikan atau didemonstrasikan oleh guru. Ingat, model pembelajaran langsung didasarkan pada Teori Pemodelan Tingkah Laku atau Teori Pembelajaran Sosial. Pembicaraan antar siswa hanya diperbolehkan pada saat diberikan kesempatan untuk berdiskusi. Tidak pada saat presentasi atau demonstrasi oleh guru.
b. Lakukan Presentasi atau Demonstrasi dengan Baik dan Efektif
Guru harus melakukan presentasi dan demonstrasi dengan baik. Penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction) mensyaratkan ini. Prinsip ekonomi dan prinsip power sebagaimana telah diuraikan pada tulisan Merencanakan Implementasi Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) harus diterapkan. Prensentasi dan demonstrasi harus dilakukan secara singkat, per sub komponen keterampilan, dengan urutan yang logis. Guru harus bersikap aktif, agar siswa tidak kehilangan atensi terhadap presentasi dan demonstrasi yang sedang dilakukan.

c. Jaga Motivasi Siswa agar Selalu dalam Level yang Cukup

Membuat siswa tetap termotivasi selama kegiatan pembelajaran bukanlah hal yang mudah. Tetapi, dalam implementasi model pembelajaran langsung (direct instruction) hal ini sangatlah penting dan krusial, lebih-lebih siswa harus memperhatikan setiap presentasi dan demonstrasi yang dilakukan oleh guru. Karena itu guru harus mengatur tempo pembelajaran, penanganan siswa yang mengganggu proses pembelajaran sehingga mengganggu konsentrasi siswa lain, dan untuk melakukan ini diperlukan teknik-teknik tersendiri.

d. Sediakan Lingkungan Belajar yang Baik

Sedikit sudah disebut di tips ketiga di atas bahwa guru harus membuat suasana kelas kondusif untuk membuat siswa tetap fokus pada presentasi atau demonstrasi yang dilakukan oleh guru. Selain mengatur tingkah laku siswa yang mungkin dapat mengganggu kelancaran pembelajaran atau perhatian siswa lain maka penataan ruangan dan susunan tempat duduk juga menjadi kunci penting kesuksesan pelaksanaan model pembelajaran langsung (direct instruction) ini. Lingkungan belajar dengan ruangan yang memiliki penerangan yang cukup, pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan presentasi atau demonstrasi dari guru, hingga hal-hal kecil lainnya dapat mempengaruhi keberhasilan penerapan model pembelajaran langsung.

e. Terapkan Strategi-Strategi Mengajar yang Baik

Strategi-strategi mengajar yang baik diperlukan untuk menjamin keadaan lingkungan belajar yang sesuai untuk pelaksanaan model pembelajaran langsung (direct instruction) ini. Guru perlu memiliki kemampuan mengatur giliran keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar seperti bertanya, menjawab pertanyaan guru, melakukan latihan, dan sebagainya. Selain itu strategi-strategi khsusus untuk penanganan siswa yang suka berbicara, siswa yang menyimpang tingkah lakunya dari kegiatan pembelajaran juga sangat penting. Di bawah ini akan dibahas secara khusus strategi-strategi mengajar yang penting diterapkan pada model pembelajaran langsung (direct instruction).

2. Strategi-Strategi Mengajar yang Penting Diterapkan pada Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Beberapa strategi penting untuk diterapkan pada model pembelajaran langsung (direct instruction) antara lain: (a) penanganan siswa yang suka berbicara; (b) pengaturan tempo pembelajaran; (c) penanganan penyimpangan tingkah laku siswa; dan (d) pengaturan partisipasi (giliran).

a. Penanganan Siswa yang Suka Berbicara

Siswa yang suka berbicara dan bertanya di luar waktu yang tepat yang telah disediakan guru dapat mengganggu kemulusan presentasi atau demonstrasi guru. Siswa yang seperti ini dapat memperlanbat tempo pembelajaran. Tingkat keseriusan masalah yang diakibatkan oleh siswa yang suka bicara dan bertanya bisa macam-macam, mulai dari yang sekedar mengganggu presentasi atau demonstrasi guru, hingga yang mengganggu keseluruhan kelas (termasuk siswa lain) yang sedang memperhatikan guru.

Untuk pencegahan terjadi perilaku siswa yang kontraproduktif dengan pembelajaran langsung ini, maka guru harus mempunyai peraturan untuk diberlakukan, misalnya, untuk bertanya siswa harus memanfaatkan waktu yang diberikan guru, di luar itu pertanyaan akan diabaikan. Selain itu, juga harus ada aturan berbicara di kelas. Peraturan harus dilaksanakan secara konsisten sehingga siswa akan terbiasa dengannya.

b. Pengaturan Tempo Pembelajaran

Tempo pembelajaran langsung harus diatur sedemikian rupa sehingga seluruh rangkaian sintaks (fase-fase) pembelajaran langsung ini dapat berjalan dengan mulus dan efektif. Guru harus memiliki sensitivitas terhadap tingkah laku siswa yang mungkin akan mengganggu tempo pembelajaran. Guru juga harus konsisten dengan sintaks model pembelajaran ini karena seringkali ditemukan di lapangan guru yang sedang melakukan demonstrasi misalnya, tiba-tiba menghentikannya walaupun belum selesai karena melontarkan pertanyaan kepada siswa. Guru juga seringkali lupa fragmentasi presentasinya sehingga tidak lagi sesuai dengan perencanaan. Penjelasan yang terlalu panjang lebar di suatu kelas mungkin berguna, tetapi justru tidak efektif di kelas lain.

c. Penanganan Penyimpangan Tingkah Laku Siswa

Model pembelajaran langsung biasanya diterapkan di dalam kelas dengan jumlah siswa yang cukup banyak. Di antara sekian banyak siswa ini biasanya selalu ada yang melakukan berbagai tingkah laku yang menyimpang dari kegiatan belajar efektif. Mereka dengan tingkah lakunya dapat mengganggu siswa lain di sekitarnya atau bahkan mengganggu seluruh siswa dan juga guru di kelas itu. Pada saat seperti ini, tidak penting untuk mencari penyebab penyimpangan tingkah laku tersebut, karena akan menyita waktu yang cukup banyak. Hal yang sangat urgen dilakukan guru adalah menghentikan sesegera mungkin penyimpangan tingkah laku tersebut.

Beberapa teknik dapat dilakukan untuk mencegah munculnya perilaku menyimpang yang parah pada siswa. Teknik-teknik seperti: (1) being with it; (2) overlappingness; dan (3) menghentikan segera perilaku menyimpang, harus dikuasai oleh guru.
1) Being With It
Being with it adalah suatu istilah untuk memerikan bagaimana seorang guru selalu awas dengan seluruh siswa yang ada di kelasnya, bahkan ketika ia sedang berada dalam posisi memunggungi mereka. Kebanyakan guru berpengalaman memiliki keterampilan ini. Guru-guru seperti ini seakan mempunyai “mata” di bagian belakang kepala mereka. Guru-guru dengan kemampuan being-with-it-ness mampu mengenali dengan segera siswa yang mulai menunjukkan perilaku menyimpang dari kegiatan belajar. Bila terjadi sedikit kekacauan di salah satu sudut kelas, dengan tepat ia akan mampu mengenali siswa yang harus bertanggung jawab atas kekacauan itu. Latihanlah yang membuat guru menguasai keterampilan ini.
2) Overlappingness
Guru yang efektif harus mampu melakukan teknik overlappingness. Artinya guru, mampu melakukan lebih dari satu kegiatan sekaligus saat melaksanakan model pembelajaran langsung di kelasnya. Contoh overlappingness misalnya, ketika guru sedang melakukan presentasi tetapi di saat yang sama mengetahui ada siswa dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan aktivitas pembelajaran, maka sembari terus melakukan presentasi ia berjalan ke arah siswa yang melakukan tingkah laku menyimpang tadi untuk menghentikannya dengan cara menyentuh bahunya, tanpa perlu menegur atau menasihatinya. Dengan demikian guru melaksanakan sekaligus dua kegiatan: pertama melakukan presentasi dan kedua menghentikan perilaku menyimpang. Pengalaman dan latihan yang baik juga membuat keterampilan overlappingness ini akan terasah sempurna.
3) Menghentikan Segera Perilaku Menyimpang
Kadangkala, di dalam pelaksanaan model pembelajaran langsung (direct instruction) ada saja siswa yang benar-benar susah dihentikan perilaku menyimpangnya dengan cara-cara halus (misalnya mendekati dan menyentuh bahunya, atau memandang lurus ke arah siswa tersebut untuk memberi isyarat agar ia berhenti dengan tingkah lakunya yang tidak sesuai itu). Karena itu siswa tersebut harus segera dihentikan sebelum gangguan yang ditimbulkannya semakin parah. Untuk ini, guru dapat melakukannya dengan memberikan langsung peringatan lisan(walaupun akan mengganggu sesaat kegiatan pembelajaran) dengan menunjukkan kejelasan maksud dan ketegasan. Perlu diingat bahwa teguran secara langsung untuk menghentikan dengan segera perilaku menyimpang ini tidak boleh dilakukan dengan kata-kata kasar. Ketegasan dan kejelasan tidak sama dengan kekasaran. Contoh kata-kata yang dapat diucapkan guru untuk menghentikan perilaku menyimpang siswa selama pelaksanaan model pembelajaran langsung (direct instruction) misalnya: “Jangan berbicara selagi saya sedang menjelaskan sesuatu!” Atau “Hentikan segera, sangat tidak menyukai perbuatan seperti itu!”

3. Pengaturan Partisipasi (Giliran)

Model pembelajaran langsung (direct instruction) seringkali dikritik karena salah satu kelemahannya adalah peran guru yang terlalu dominan dalam kegiatan pembelajaran (teacher centered). Akibatnya, seringkali siswa menjadi sangat pasif. Sebenarnya ini tidak perlu terjadi jika guru benar-benar mempersiapkan pembelajaran langsung dengan baik. Pengaturan giliran dalam berpartisipasi oleh guru sangat penting. Ia harus melakukannya secara acak dan tidak boleh terjebak untuk memberikan kesempatan partisipasi yang terlalu besar kepada siswa-siswa yang duduk di deretan depan. Guru dapat pula mengubah-ubah posisi berdirinya dengan tidak melulu berada di depan, tetapi juga sesekali ke sudut-sudut kelas atau ke bagian belakang jika memungkinkan.

Demikian pembahasan seri Model Pembelajaran Langsung (Model Pengajaran Langsung / Direct Instruction) dari blog kami, semoga berguna bagi kita semua.

Lembar Observasi Efektivitas Pembelajaran

Anda sedang mencari-cari lembar observasi (lembar pengamatan) yang cocok untuk penelitian anda? Coba lihat yang satu ini, mungkin dapat anda gunakan.
instrumen lembar observasi efektivitas pengelolaan pembelajaran
instrumen lembar observasi efektivitas pengelolaan pembelajaran

Lembar Observasi Efektivitas Pembelajaran

Kali ini kami kembali menayangkan sebuah contoh lembar observasi yang diberi nama Lembar Observasi Efektivitas Guru Mengelola Pembelajaran. Instrumen Lembar observasi  untuk penelitian ini dibuat untuk mengamati sebuah pembelajaran untuk melihat apakah pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru efektif untuk membelajarkan siswa. Aspek-aspek pengelolaan pembelajaran yang diamati dalam lembar observasi ini adalah materi pelajaran, interaksi siswa dengan guru, organisasi kegiatan pembelajaran, bahasa verbal / non verbal yang digunakan oleh guru, hingga gambaran secara umum efektivitas pembelajaran yang dikelolanya.

Perhatikan:
=========

LEMBAR OBSERVASI
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN

Nama Guru :
Mata Pelajaran :
Pokok Bahasan / Tema :
Sekolah / Kelas :
Hari / Tanggal :

Skor (skala rating) :
1 = sangat kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik; 5 = sangat baik


ASPEK PENGELOLAAN 1 2 3 45
MATERI PEMBELAJARAN ----------
Gagasan utama materi jelas dan spesifik ----------
Tersedia beragam variasi untuk mendukung informasi ----------
Relevansi dengan pokok bahasan jelas ----------
Diperlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi (aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi) ----------
Guru menghubungkan gagasan-gagasan dengan pengetahuan awal siswa ----------
Definisi-definisi diberikan sebagai kosakata ----------
ORGANISASI PEMBELAJARAN ----------
Pengantar yang diberikan menarik perhatian siswa ----------
Pada pengantar diberikan organisasi langkah-langkah kegiatan pembelajaran ----------
Transisi antar tahapan pembelajaran jelas (disertai rangkuman) ----------
Rencana kegiatan pembelajaran terorganisasi dengan baik ----------
Kesimpulan benar-benar merujuk pada gagasan utama pembelajaran ----------
Dilakukan review dengan menghubungkannya materi dengan pembelajaran sebelumnya ----------
Dilakukan review dengan menghubungkannya materi dengan pembelajaran yang akan datang ----------
INTERAKSI SELAMA PEMBELAJARAN ----------
Guru melontarkan pertanyaan-pertanyaan dengan berbagai tingkatan (level) ----------
MDiberikan waktu tunggu yang cukup ----------
Terdapat siswa yang bertanya ----------
Umpan balik (feedback) yang diberikan guru informatif ----------
Guru menanggapi respon-respon siswa secara tepat ----------
BAHASA VERBAL / NON VERBAL ----------
Bahasa guru mudah dipahami ----------
Pengucapan dan artikulasi guru berbicara jelas ----------
Tidak terhenti saat berbicara dan menggunakan “eeee....., mmmmm..., dsb.) ----------
Guru berbicara tidak terlalu cepat / lambat ----------
Aksen (logat) tidak mengganggu ----------
Kualitas suara efektif ----------
Volume suara cukup untuk didengar seluruh siswa ----------
Laju penyampaian materi pembelajaran tepat ----------
Gerakan tubuh dan gestur efektif ----------
Melakukan kontak pandang dengan siswa ----------
Percaya diri dan antusias ----------
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ----------
Penggunaan power point / papan tulis jelas dan terorganisasi dengan baik ----------
Media yang digunakan dapat terbaca dengan mudah ----------
Guru menyediakan outline / handout ----------
Pengajaran bila menggunakan komputer benar-benar efektif ----------
KESAN UMUM PEMBELAJARAN ----------


TAMBAHAN CATATAN:
KEKUATAN:
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................

KELEMAHAN:
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................




......................................., .............................
Pengamat,



................................
NIP/NPM:



=====
Demikian contoh instrumen PTK (penelitian tindakan kelas) yang dapat kami bagi kali ini kepada anda, semoga bermanfaat.

Pengertian dan Langkah-Langkah Metode Ilmiah

Pengertian dan Langkah-Langkah Metode Ilmiah
Kali ini kami akan kembali menguraikan salah satu topik terkait hal tersebut, yaitu Pengertian Metode Ilmiah dan Langkah-Langkah Metode Ilmiah.

Pengertian Metode Ilmiah

Metode ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan terkontrol.

Metode ilmiah merupakan proses berpikir untuk memecahkan masalah

Metode ilmiah berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban atau pemecahannya. Proses berpikir ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat dari sebuah asumsi, atau simpulan, bukan pula berdasarkan  data atau fakta khusus. Proses berpikir untuk memecahkan masalah lebih berdasar kepada masalah nyata. Untuk memulai suatu metode ilmiah, maka dengan demikian pertama-tama harus dirumuskan masalah apa yang sedang dihadapi dan sedang dicari pemecahannya. Rumusan permasalahan ini akan menuntun proses selanjutnya.

Pada Metode Ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis

Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan bertahap, tidak zig-zag. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran akan adanya masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara sistematis dan berurutan.

Metode ilmiah didasarkan pada data empiris

Setiap metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris. maksudnya adalah, bahwa masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu harus tersedia datanya, yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah. Apabila sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.

Pada metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara terkontrol

Di saat melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara terkontrol. Maksudnya terkontrol disini adalah, dalam berpikir secara ilmiah itu dilakukan secara sadar dan terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga ingin membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.

Langkah-Langkah Metode Ilmiah

Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:
  1. Merumuskan masalah.
  2. Merumuskan hipotesis.
  3. Mengumpulkan data.
  4. Menguji hipotesis.
  5. Merumuskan kesimpulan.

Merumuskan Masalah

Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum dirumuskan?

Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

Mengumpulkan Data

Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.

Menguji Hipotesis

Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.

Merumuskan Kesimpulan

Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.

Demikian tulisan dari blog anda tentang Pengertian Metode Ilmiah dan Langkah-Langkah Metode Ilmiah. Semoga bermanfaat.

Cara Mengetahui NRG Guru Yang Baru Lulus Sertifikasi 2015

Banyak Cara dalam mengetahui Nomor Registrasi Guru ( NRG ) telah lulus Sertifikasi, namun masalahnya bagaimana dengan seorang guru yang baru saja lulus? apakah langsung terbit NRG nya ? ternyata tidak demikian karena semua butuh proses. Jadi jika anda baru saja lulus sertifikasi cara mengetahui NRG anda sudah terbit atau belum dapat dilakukan dengan cara berikut ini

1. Untuk Guru Sertifikasi Jenjang SMP dan SD
Cek pada Lembar Sertifikat Pendidik Guru yang bersangkutan.
Bertanya langsung ke Operator tunjangan sertifikasi di Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota daerah anda.
Cek via online, pelajari lebih lanjut tentang langkah-langkah menggunakan link cek sertifikasi guru

2. Untuk Guru Sertifikasi Jenjang SMA
Langsung saja Ikuti langkah-langkah di bawah
Masuk ke alamat : KLIK DISINI
Selanjutnya arahkan kursor anda ke sebelah halaman kiri yakni “Cek SK Tunjangan Dekon“
Jenis Tunjangan, pilih Tunjangan Fungsional, Jika anda Non PNS pilih Profesi Non-PNS
Masukkan Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan ( NUPTK ) dan Nama lengkap anda, lalu klik tombol “cari“

Jika data yang anda masukkan benar, akan tampil Nomor registrasi Guru pada laman utama.

Demikianlah informasi tentang cara mengetahui NRG guru yang barus lulus sertifikasi untuk Tingkat dasar dan menengah. Semoga membantu. terima kasih telah membacanya. Apabila menurut anda informasi ini bermanfaat, silahkan di share.

INSENTIF GURU DIBAYARKAN BULAN MARET

INSENTIF GURU DIBAYARKAN BULAN MARET
Ribuan guru yang berada di bawah naungan Kementrian Agama akan segera mendapat tunjangan insentif dari Pemerintah, pasalnya tunjangan yang selama ini ditunggu-tunggu akan segera dibayarkan kepada seluruh guru madrasah pada bulan Maret ini. Seperti apa kejelasanya..? yuk disimak berita berikut ini selengkapnya.

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti kembali mengalokasikan insentif bagi guru madrasah yang mengajar di daerah ini. Insentif sebesar Rp 22 Miliar tersebut diberikan sebagai bentuk perhatian dari Pemkab bagi guru-guru di bawah Kementrian Agama itu.

Bupati Kepulauan Meranti, Drs H Irwan MSi, Jumat (20/2), mengatakan bahwa Pemkab Meranti sangat memperhatikan kejahteraan guru khususnya guru agama di bawah Kantor Kemenag Kepulauan Meranti. “Rata-rata setiap guru agama mendapat bantuan insentif Rp 700 ribu perbulannya. Bantuan ini terus kita tingkatkan dari tahun ketahun,” kata Bupati.

Dia mengharapkan kepada seluruh guru agama dapat meningkatkan kualitas mendidiknya kepada anak-anak di Kepulauan Meranti. Selain meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM), juga dapat membantu semakin meningkatnya jumlah lulusan Ujian nasional (UN).

“Kami mengajak tenaga pendidik khususnya Kepala Sekolah Madrasah Swasta untuk meningkatkan kualitas anak didik agar kedepan tingkat kelulusan siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Jika ada kekurangan segera sampaikan agar tidak ada ketimpangan antara sekolah swasta dan negeri,” sebut Irwan.

Kepala bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setdakab, Rosdaner mengaku bahwa pembayaran insentif guru madrasah tersebut akan dilakukan sekali dalam tiga bulan. Untuk tiga bulan pertama, pembayaran akan dilakukan pada bulan maret nantinya.

“Nanti masing-masing guru akan berbeda menerima insentif ini, sesuai dengan tingkatan masing-masing. Yang pasti kita akan lakukan update data jumlah guru madrasah ini. Namun jumlah guru madasah sekitar lebih kurang 2000 lebih yang akan kita bantu,” jelasnya. (sumber : pekanbarumx.com

2/27/2015

Bentuk Soal Essay

Bentuk Soal Essay
Masih melanjutkan seri tulisan tentang tes essay, kali ini blog kesayangan anda akan mengulas tentang bentuk soal essay yang biasa digunakan dalam menyusun tes essay. Mari kita simak.

Macam-Macam Bentuk Soal Essay

Jawaban terhadap soal essay mempunyai tingkatan kebebasan menjawab yang bervariasi. Siswa dapat dituntut untuk menjawab secara singkat dan tepat, atau dapat pula diberikan suatu kebebasan untuk merumuskan jawabannyasendiri. Nah, berdasarkan jawaban  soal yang dituntut kepada siswa yang mengerjakan tes essay ini, maka soal-soal yang menyusun tes essay dapat dibedakan paling tidak menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Soal Essay dengan Jawaban Terbatas

Soal essay jenis pertama, yaitu soal essay dengan jawaban terbatas. Soal essay jenis ini sangat menekankan pada batas jumlah jawaban yang diberikan siswa. Soal essay dengan jawaban terbatas biasanya mengandung permasalahan yang terbatas dan jawabannya sudah ditentukan spesifikasinya. Kata-kata kerja operasional yang digunakan dalam soal ini merupakan ciri khas yang membuat kita dapat dengan mudah membedakannya dari tipe soal essay yang kedua (soal essay dengan jawaban bebas), yaitu adanya penggunaan kata seperti: definisikan, sebutkan, berilah alasan singkat. Selain itu batasan mengenai ruang lingkup jawaban dapat pula disertakan pada petunjuk mengerjakan soal.

Contoh Soal Essay dengan Jawaban Terbatas

Berikut ini beberapa contoh yang dapat diberikan untuk mempermudah kita mengenali tipe soal essay dengan jawaban terbatas:
  1. Uraikanlah manfaat soal pilihan ganda dan soal essay untuk dapat mengukur tujuan pembelajaran yang tergolong ke dalam kategori pemahaman (C2), jawaban tidak boleh lebih dari halaman yang tersedia!
  2. Pak Modin ingin mengukur kemampuan siswanya dalam menginterpretasi data secara tertulis
  • Uraikan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Pak Modin!
  • Beri alasan untuk menunjang pentingnya langkah-langkah tersebut!
Ada sisi positif dan negatif penerapan pembatasan jawaban soal essay baik dalam hal bentuk jawaban maupun ruang lingkup seperti kedua contoh soal di atas. Sisi positifnya adalah, soal seperti ini dapat dirumuskan dengan lebih mudah, dapat dikaitkan secara langsung dengan tujuan pembelajaran, dan mudah dalam melakukan penskoran (koreksi). Sementara itu, sisi negatifnya adalah guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengorganisasikan, menyusun, mengemukakan pendapatnya sendiri. Sisi negatif yang demikian menjadikan soal essay tipe jawaban terbatas hanya dapat digunakan untuk mengukur tujuan pembelajaran kategori pemahaman (C2), aplikasi (C3), dan analisis (C4), dan kurang sesuai untuk mengukur tujuan pembelajaran kategori sintesis (C5) dan evaluasi (C6).

2. Soal Essay dengan Jawaban Bebas 

Adapun jenis soal essay yang menyusun tes essay yang kedua adalah soal essay dengan jawaban bebas. Soal essay dengan jawaban bebas akan memberikan siswa kesempatan seluas-luasnya untuk merumuskan sendiri jawabannya. Walaupun demikian, soal essay dengan jawaban bebas seringkali juga masih tetap diberi batasan-batasan tertentu, seperti lama waktu mengerjakan soal dan jumlah halaman jawaban. Batasan terhadap bentuk jawaban dan isi dibuat seminimal mungkin. Pada prinsipnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan keterampilan mereka dalam melakukan sintesis dan evaluasi. Pengontrolan atau pembatasan hanya terbatas pada upaya agar soal essay yang bersangkutan dapat mengungkapkan keterampilan kognitif yang dikehendaki.

Contoh Soal Essay Kategori Sintesis (C5) dengan Jawaban Bebas

Untuk mata pelajaran yang akan anda ajarkan, susunlah rencana yang lengkap untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Cantumkan prosedur yang akan anda ikuti, soal yang akan anda gunakan dan alasan pemilihannya!

Contoh Soal Essay Kategori Evaluasi (C6) dengan Jawaban Bebas

Siswa diberikan tes hasil belajar yang lengkap termasuk kesalahan-kesalahan dalam petunjuk soalnya, pada soal-soalnya, dan pada urutan soalnya. Kemudian kepada siswa diberikan tugas sebagai berikut: Tuliskan penilaian yang kritis terhadap tes ini berdasarkan kriteria evaluasi, aturan dan patokan untuk membuat soal yang yang tercantum pada buku anda. Tuliskan pula secara rinci analisis terhadap kelemahan dan kebaikan tes, serta evaluasi terhadap kualitas dan kemungkinan keefektifannya!

Soal essay dengan jawaban bebas (soal essay jenis kedua) memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara kreatif melakukan pengintegrasian ide, melakukan evaluasi secara menyeluruh, dan mendekati masalah dengan penggunaan problem solving. Tujuan pembelajaran semacam ini tentu saja tidak dapat diukur dengan bentuk-bentuk soal yang lain. Tetapi seringkali muncul masalah tentang bagaimana melakukan koreksi (penskoran jawaban) agar diperoleh angka yang reliabilitasnya tinggi. Tugas ini tentu sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Walaupun demikian, mengingat pentingnya kategori tujuan pembelajaran sintesis (C5) dan evaluasi (C6), tentu tugas yang berat tersebut banyak imbalannya.

Demikian tulisan tentang bentuk soal tes essay dari blog kesayangan anda, semoga bermanfaat untuk kita semua. 

Karakteristik Tes Essay

Karakteristik Tes Essay
Hari ini kita akan membahas secara lebih mendalam mengenai Karakteristik Tes Essay. Mari kita simak.

Karakteristik Tes Essay

Tes essay merupakan salah satu bentuk tes yang terdiri dari satu atau beberapa pertanyaan (item soal) berbentuk essay, yaitu pertanyaan yang menuntut siswa untuk menjawab secara individual berdasarkan pendapatnya sendiri. Di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tes essay siswa dapat saja memiliki jawaban yang berbeda dengan siswa lainnya, dan boleh jadi jawaban mereka yang berbeda itu sama-sama benar.

Dalam memberikan penskoran terhadap jawaban-jawaban yang diberikan siswa, guru melakukannya secara subyektif melalui pertimbangan-pertimbangan. Hal ini tentu berbeda dengan tes obyektif yang membutuhkan jawaban singkat dari siswa.

Tes essay sering dianggap kurang reliabel dan valid dibanding tes obyektif. Tetapi banyak pula pakar di bidang pendidikan berpendapat bahwa tes essay sangat bagus dan penting karena lebih memperhatikan kemampuan dan kualitas berpikir siswa.

Persamaan Tes Essay dengan Tes Obyektif

Menurut pendapat Ebel dalam Hamalik (2001), selain memiliki beberapa perbedaan dengan tes obyektif, tes essay juga memiliki persamaan, yaitu:
  1. Baik tes essay maupun tes obyektif dapat digunakan untuk mengukur hampir semua jenis tujuan pembelajaran yang penting yang dapat diukur oleh paper and pencil test (tes tertulis).
  2. Sebenarnya, baik tes essay maupun tes obyektif, sama-sama melibatkan penggunaan pertimbangan subyektif.
  3. Kedua jenis tes, obyektif dan esaay, dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mendorong siswa agar mempelajari konsep, prinsip dan problem solving (pemecahan masalah).
  4. Kedua jenis tes (essay dan obyektif), memberikan skor yang memiliki nilai yang bergantung pada obyektivitas dan reliabelitas.

Kapan Tes Essay Digunakan?

Setiap tes mempunyai kondisi tertentu dimana ia dapat digunakan, demikian juga dengan tes essay. Adapun untuk tes essay, dapat digunakan guru pada kondisi-kondisi berikut:
  1. Jumlah siswa yang dites sedikit (kelompok kecil), dan tes tersebut tidak akan dipakai lagi pada tes berikutnya.
  2. Guru ingin mengerjakan semua yang dapat kerjakannya untuk mendorong dan memberikan ganjaran pada perkembangan keterampilan siswa melalui pertanyaan tertulis.
  3. Guru cenderung lebih berminat untuk mengukur sikap siswa daripada prestasinya.
  4. Guru lebih yakin terhadap penguasaannya selaku pembaca kritis daripada sebagai penulis imaginatif mengenai bagaimana membuat item-item tes yang baik.
  5. Waktu yang dimiliki guru terbatas untuk mempersiapkan tes dibanding waktu yang tersedia untuk membuat tes obyektif.

Tujuan-Tujuan Penggunaan Tes Essay

Berikut ini beberapa jenis tujuan penggunaan tes essay (sebenarnya juga berlaku untuk tujuan-tujuan penggunaan tes obyektif):
  1. Mengukur prestasi pendidikan yang telah dimilki siswa yang penting dan dapat diukur melalui tes tertulis.
  2. Memahami kemampuan siswa dalam menggunakan dan memanfaatkan prinsip-prinsip.
  3. Menguji kemampuan siswa dalam berpikir kritis (critical thinking).
  4. Menguji kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (problem solving).
  5. Menguji kemampuan memilah-milah fakta-fakta dan prinsip-prinsip yang sesuai kemudian mengitegrasikannya untuk pemecahan masalah-masalah kompleks.
  6. Mendorong siswa untuk mempelajari command of knowledge.

Kelemahan Tes Essay

Paling tidak ada 3 kelemahan tes essay, yaitu ditinjau dari faktor: (1) reliabilitas; (2) validitas; (3) daya guna. Berikut penjelasannya masing-masing.

Reliabilitas Tes Essay

Masalah penting yang dimiliki tes essay adalah kurang konsistennya pertimbangan penskoran oleh penilai. Pertimbangan penskoran jawaban siswa seringkali dipengaruhi oleh siapa yang membaca (melakukan penskoran) dan kapan penskoran dilakukan.

Validitas Tes Essay

Validitas hasil tes essay menjadi diragukan ketika ada hallo effect. Ada suatu kecendrungan dalam melakukan penilaian karakteristik seseorang, penilai dipengaruhi oleh karakteristik lainnya, atau oleh kesan umum yang dimiliki penilai terhadap siswa yang sedang dinilainya. Keadaan ini dapat cukup mempengaruhi pertimbangannya terhadap kualitas orang yang dinilainya.

Daya Guna Tes Essay

Penskoran pada item-item soal tes essay dilakukan satu per satu. Hal ini dapat menimbulkan kesan tentang pengetahuan siswa yang dikenal dengan istilah carry over, sehingga penilaiannya terhadap suatu jawaban atas suatu pertanyaan dipengaruhi oleh jawaban yang telah diberikan pada pertanyaan sebelumnya. Pengaruh ini dapat diminimalkan dengan penskoran yang dilakukan per item soal secara bertahap untuk seluruh siswa peserta tes.

Kelebihan Tes Essay

Ada beberapa kelebihan tes essay yang sangat patut dijadikan alasan mengapa tes essay baik digunakan di dalam kelas, yaitu:

Tes Essay Lebih Mudah Disusun

Walaupun validitas dan reliabilitas tes essay lebih rendah dibanding tes obyektif, tes essay memiliki kelebihan lain dalam hal kemudahan dalam penyusunannya. Penyusunan tes essay tidak banyak menyita waktu guru, terlebih mudah diberikan misalnya cukup dengan didiktekan atau ditulis di papan tulis atau ditayangkan melalui in focus. Berbeda dengan tes obyektif yang memerlukan penggandaan sebelum bisa digunakan dengan baik di dalam kelas. Kendala mengenai validitas dan reliabilitas pun sebenarnya dapat diatasi dengan menyusun tes essay dengan fokus yang jelas, lalu diskor oleh dua orang pembaca (pengoreksi-bila diperlukan), selain itu pedoman penskoran yang baik dapat pula dibuat untuk memudahkan pemberi skor.

Tes Essay Unggul dalam Menguji Kemampuan Berpikir Divergen

Untuk tujuan-tujuan pembelajaran tertentu tes essay memiliki kelebihan dibanding tes obyektif. Misalnya jika tujuan yang diinginkan adalah untuk mengukur kemampuan berpikir divergen, maka tes essay akan mengakomodasinya dengan memberikan siswa kesempatan untuk memberikan jawaban bervariasi dan bebas. Kesempatan memberikan jawaban seperti ini tidak dimiliki oleh tes obyektif seperti tes pilhan ganda.

Demikian ulasan tentang berbagai Karakteristik Tes Essay yang meliputi persamaan tes essay dengan tes obyektif, kapan tes essay baik digunakan, untuk tujuan-tujuan apa tes essay digunakan, serta kelebihan dan kelemahan tes essay. Semoga bermanfaat.

Mengajarkan Siswa Menjadi Pebelajar dengan Pengaturan Diri (Self-Regulated Learning)

self regulated learning oleh si pebelajar mandiri
Pentingkah menjadikan siswa kita menjadi pebelajar yang mampu mengatur bagaimana ia belajar (self-regulated learner)? Tentu penting sekali. Siswa yang mampu mengatur dirinya dalam hal belajar akan mampu menganalisis tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepada mereka, kemudian mereka akan mampu menentukan tujuan pembelajaran mereka sendiri dalam belajar. Berikutnya, mereka, siswa-siswa dengan pengaturan belajar itu akan mampu menentukan strategi-strategi belajar apa yang diperlukan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajarannya, kemudian memonitor (mengevaluasi) sendiri bagaimana pencapaiannya dalam belajar. Nah, luar biasa bukan jika siswa kita tampil sebagai seorang self regulated-learner (seorang pebelajar yang mampu mengatur bagaimana ia belajar). Kurikulum 2013, kurikulum yang baru diluncurkan pada beberapa sekolah sasaran di tahun 2013 lalu dan akan berlanjut ke sekolah-sekolah lainnya secara nasional pada tahun ajaran baru 2014/2015 nanti-pun juga mengamanatkan agar siswa dapat menjadi seorang pebelajar yang mampu mengatur bagaimana ia belajar, di mana salah satu cirinya adalah siswa sebagai pebelajar sepanjang hayat (lifelong learner).

Baiklah, sekarang, blog ini akan memberikan beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru (kita) agar siswa menjadi pebelajar yang mampu mengatur bagaimana dirinya belajar tadi. Yuk disimak.
Berikut ini adalah beberapa carauntuk menjadikan siswa seorang Self Regulated-Learner:

Bantu siswa untuk menganalisis tugas yang diberikan sehingga mereka mampu menentukan tujuan pembelajarannya sendiri secara tepat.


Seringkali siswa keliru dalam menafsirkan tugas yang diberikan oleh guru kepadanya. Misalnya saja, siswa kelas rendah lebih mengira bahwa gurunya sangat senang kalau ia lancar membaca, walaupun ia tidak mengerti apa makna kalimat-kalimat yang dibacanya. Akibatnya mereka cenderung membaca dengan cepat, bahkan dengan kata-kata yang salah-salah, agar kelihatan lancar. Padahal, penting mengajar anak kelas rendah membaca dengan memahami makna bacaan itu. Urusan kecepatan membaca adalah nomor dua setelah memahami makna bacaan.

Secara gamblang mengajari siswa menggunakan strategi-strategi belajar efektif.

Kita dapat mengajari siswa strategi-strategi belajar yang efektif digunakan untuk tujuan-tujuan belajar tertentu. Mengenai strategi belajar telah pernah dibahas sebelumnya di blog ini. Dengan demikian siswa akan menguasai dan menemukan strategi belajar yang cocok digunakannya sesuai dengan situsi dan kondisi, misalnya strategi apa yang harus ia gunakan saat mempelajari soal-soal matematika, strategi apa yang harus ia gunakan saat diminta menghafal surat-surat pendek dalam Juzz Amma pada pelajaran pendidikan agama, lalu strategi apa yang harus ia gunakan saat belajar materi IPA.

Bantu siswa belajar memonitor perkembangan pribadinya dalam belajar (mencapai tujuan belajarnya).

Untuk ini guru dapat membantu mereka berlatih melakukan refleksi terhadap hasil belajar mereka masing-masing, mengevaluasi efektivitas strategi belajar yang telah mereka gunakan, memodifikasi strategi belajar tersebut bila perlu, dsb. Selain itu guru dapat membantu siswa dalam menilai performanya sendiri.

Demikian tulisan dari blog kami kali ini, yaitu tentang Mengajarkan Siswa Menjadi Self Regulated Learning. Semoga bermanfaat untuk anda.

2/26/2015

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

PEMBELAJARAN  BERBASIS MASALAH  (PROBLEM BASED LEARNING)

Definisi/Konsep Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).

KELEBIHAN PROBLEM BASED LEARNING (MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH)

  • Dengan PBL akan terjadi pembelajaran  bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan
  • Dalam situasi PBL, peserta     didik/mahapeserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan
  • PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Langkah-langkah Operasional  dalam  Proses Pembelajaran

Konsep Dasar (Basic Concept)

Guru atau fasilitator  memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran

Langkah-langkah Operasional  dalam  Proses Pembelajaran

a. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat

b. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.

c. Tahap investigasi (investigation)
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.


d. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.


5. Penilaian (Assessment)


Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.

Contoh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)

Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul.
Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.

Contoh Penerapan
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.

Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.


SISTEM PENILAIAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.

Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

SISTEM PENILAIAN

Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.

Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar.

Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya.

Manajemen Kelas (Pengelolaan Kelas)

Manajemen Kelas (Pengelolaan Kelas)
Sebelumnya di blog ini telah dibahas tentang tinjauan umum manajemen kelas dalam kaitannya dengan guru. Kali ini pembahasan akan kita lanjutkan kepada pengertian manajemen kelas.
Manajemen kelas adalah sinonim dengan pengelolaan kelas. Dilihat dari kata penyusunnya, manajemen kelas terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan kelas. Sebelum kita masuk kepada pengertian utuh tentang manajemen kelas, ada baiknya kita perhatikan terlebih dahulu apa itu manajemen dan apa itu kelas.

Pengertian Manajemen

  • Menurut wikipedia, Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Dari pengertian tentang manajemen oleh Mary Parker Follet ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen dalam pelaksanaannya dilakukan sesuai proses. Paling tidak ada 4 proses yang dilakukan untuk melakukan suatu manajemen, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.
  • Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
  • Dalam bukunya yang berjudul “Principles of Management”George R Terry (1994) mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses yang membedakan atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan  baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen merupakan pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain.
  • Menurut Lyndak F. Urwick Manajemen adalah forecasting  (meramalkan), planning-organizing  (perencanaan-pengorganisiran), commanding  (memerintahklan), coordinating  (pengkoordinasian) dan controlling  (pengontrolan)
  • Sedangkan menurut Oey Liang Lee, manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengertian Kelas

  • Dalam dunia pendidikan, kelas dapat mempunyai beragam makna, yaitu: (1) kelas adalah sekelompok siswa yang sedang mengikuti suatu pembelajaran atau kuliah tertentu; (2) kelas dapat juga diartikan sebagai proses belajar mengajar; (3) kelas adalah bangunan fisik atau ruang kelas, tempat di mana proses belajar mengajar dilakukan; (4) kelas adalah tingkatan sekolah di mana seorang anak belajar.
  • Menurut Oemar Hamalik, kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapatkan pengajaran dari guru.
  • Sudirman dkk, dalam bukunya Ilmu Pendidikan:Kurikulum, Program pengajaran, Efek Intruksional dan pengiring, CBSA, Metode mengajar, Media pendidikan, Pengelolaan kelas dan Evaluasi hasil belajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), menyebutkan bahwa Nawawi membedakan kelas dalam artian sempit dan kelas dalamian luas. Kelas dalam arti sempit menurutnya adalah ruangan yang dibatasi oleh empat dinding tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Pada pengertian ini kita dapat melihat bahwa kelas sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya yang didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing. Sedangkan kelas dalam arti luas menurutnya adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai kesatuan diorganisir menjadi unit kerja secara dinamis menyelenggarakan berbagai kegiatan belajar-mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
  • Menurut Suharsini Arikunto, kelas adalah sekelompok siswa yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama.

Pengertian Manajemen Kelas

Berikut ini beberapa pengertian atau definisi manajemen kelas:
  • Manajemen kelas adalah beragam tingkah laku guru yang kompleks agar pengajarannya menjadi efektif dan efisien. Manajemen merupakan suatu hal dapat membuat siswa terlihat sangat aktif dalam aktivitas pembelajaran di kelas dan mereduksi tingkah laku-tingkah laku yang kontraproduktif dengan proses pembelajaran sehingga guru dan siswa dapat melakukan proses belajar mengajar dengan efisien jika dilihat dari segi waktu. Tanpa manajemen kelas yang efektif proses pembelajaran siswa akan terganggu selama pengajaran berlangsung.
  • Manajemen kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran
  • Manajemen kelas adalah suatu usaha yang dilakukan penanggung jawab kegiatan belajar mengajar apa yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi yang optimal,sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan
  • Manajemen kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasan kelas terhadap aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas adalah: sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif.
  • Manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upaya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik mencapai tujuan belajr mencapai tujuan belajar secara efesien atau memungkinkan pesrta didik belajar dengan baik.
  • Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain dalam sebuah bukunya yang berjudul “Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif” (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) bahwa, manajemen kelas adalah suatu upaya memperdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.
  • Suharsimi Arikunto (1988) dalam buku Pengelolaan Kelas dan Siswa yang diterbitkan oleh Rineka Cipta, Jakarta, menyebutkan bahwa manajemen kelas adalah usaha yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. Pengertian lain dikemukaan: manajemen kelas adalah proses seleksi tindakan yang dilaljukan guru dalam funsinya sebagai penanggung jawab kelas dan seleksi penggunaan alat-alat belajar yang tepat sesuai masalah yang ada dan karakteristik kelas yang dihadapi.

Analisis Lintasan - Teori Statistik Penelitian

Analisis Lintasan - Teori Statistik Penelitian
Analisi jalur (Path Analysis) adalah sebuah teknik analisis yang dikembangkan berdasarkan analisis statistik regresi. Jadi sebenarnya analisis jalur termasuk ke dalam kelompok analisis regresi. Tujuan penggunaan analisis jalur atau analisis lintasan (nama lainnya) adalah untuk menggambarkan dan menguji model hubungan antar variabel yang berbentuk sebab akibat.

Teknik analisis jalur pertama kali dikembangkan oleh Sewal Wright pada tahun 1934. Analisis jalur dapat dikatakan mirip dengan teknik analisis regresi ganda, atau model analisis sebab akibat (causing modeling). Nama ini diberikan karena analisis jalur dapat digunakan untuk melakukan pengujian hubungan sebab dan akibat dengan tidak harus melakukan manipulasi variabel-variabel. Manipulasi variabel adalah teknik yang dilakukan pada saat memberi perlakuan (treatment) kepada variabel-variabel tertentu dalam proses pengukurannya. Asumsi dasar model ini ialah beberapa variabel sebenarnya mempunyai hubungan yang sangat dekat satu dengan yang lainnya.
Ada beberapa prinsip-prinsip dasar yang harus dipenuhi sebelum melakukan teknik analisis jalur yaitu sebagai berikut:
  1. Terdapat hubungan antar variabel yang linear (linearitas).
  2. Terdapat aditivitas atau dalam bahasa lain tidak ada efek-efek interaksi.
  3. Data diolah telah dengan skala interval misalnya dengan memakai metode suksesif interval (MSI).
  4. Variabel-variabel yang tidak diukur (variabel residual) tidak mempunyai korelasi dengan salah satu variabel yang terdapat di dalam model.
  5. variabel residual  (gangguan) tidak boleh berkorelasi dengan semua variabel endogenous dalam model. Jika dilanggar, maka akan berakibat hasil regresi menjadi tidak tepat untuk mengestimasikan parameter-parameter jalur.
  6. Sebaiknya hanya ada dua atau lebih variabel bebas (penyebab) mempunyai hubungan yang sangat tinggi.
  7. Adanya recursivitas. Semua anak panah mempunyai satu arah, tidak boleh terjadi pemutaran kembali (looping).
  8. Asumsi analisi jalur mengikuti asumsi umum regresi linear, yaitu:

  • Model regresi harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka signifikansi pada ANOVA sebesar < 0.05
  • Predictor yang digunakan sebagai variable bebas harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka Standard Error of Estimate < Standard Deviation
  • Koefesien regresi harus signifikan. Pengujian dilakukan dengan Uji T. Koefesien regresi signifikan jika T hitung > T table (nilai kritis)
  • Tidak boleh terjadi multikolinieritas, artinya tidak boleh terjadi korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah antar variable bebas.
  • Tidak terjadi otokorelasi. Terjadi otokorelasi jika angka Dubin dan Watson sebesar < 1 dan > 3


Beberapa model jalur yang sering terjadi adalah:
  1. Model regresi berganda
  2. Model mediasi
  3. Model kombinasi pertama dan kedua
  4. Model kompleks
  5. Model recursif dan nonrecursif

Keterbatasan analisis jalur

Berikut ini beberapa keterbatasan teknik analisis jalur (analisis lintasan):
  • Analisis jalur dapat mengevaluasi hipotesis kausal , dan dalam beberapa  situasi (terbatas) dapat menguji antara dua atau lebih hipotesis kausal , tetapi tidak dapat menetapkan arah kausalitas .
  • Analisis jalur berguna ketika kita sudah memiliki sebuah hipotesis yang jelas untuk diuji , atau sejumlah kecil hipotesis yang semuanya dapat direpresentasikan dalam diagram jalur tunggal . akan tetapi ini tentunya hanya memiliki sedikit manfaat untuk tahap eksplorasi penelitian .
  • Kita tidak dapat menggunakan analisis jalur dalam situasi di mana " umpan balik " loop masuk dalam hipotesis: harus ada perkembangan kausal stabil di diagram jalur .
  • Semua hubungan dalam diagram jalur harus mampu diuji oleh regresi sederhana . Variabel gangguan harus merupakan variabel dependen dalam analisis regresi berganda . Oleh karena itu masing-masing harus mampu diperlakukan sebagai pada skala interval . Pengukuran nominal , ordinal atau pengukuran dengan beberapa kategori ( termasuk dikotomi ) akan membuat analisis jalur mustahil.

keuntungan Pembelajaran Tematik

keuntungan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui penggunaan “tema” sebagai pemersatu, sebagai pusat perhatian yang dipergunakan untuk memahami gejala dan konsep. Pembelajaran Tematik dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu dari beberapa mata pelajaran melalui tema sebagai pemersatu. Dengan demikian, maka pembelajaran terpadu berorientasi pada praktek belajar yang melibatkan beberapa mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan anak (peserta didik). Melalui pembelajaran tematik terpadu maka akan terjadi perakitan dan penggabungan beberapa mata pelajaran yang berbeda dengan harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna.

Ciri khas pembelajaran tematik

Adapun beberapa ciri khas pembelajaran tematik jika ditinjau dari aspek siswa (peserta didik), yaitu:
Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar (SD).
  1. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.
  2. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.
  3. Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa.
  4. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
  5. Berpusat pada anak (siswa).
  6. Memberikan pengalaman langsung kepada anak (peserta didik).
  7. Pemisahan antar mata pelajaran tidak nampak.
  8. Menyajikan konsep dari beberapa mata pelajaran dalam satu PBM.
  9. Bersifat luwes sehingga memungkinkan kreativitas anak dan guru berkembang.
  10. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik.

Keuntungan Menerapkan Pembelajaran Tematik Di SD

Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan pengimplementasian pembelajaran tematik di SD (sekolah dasar) bila kita tinjau dari aspek siswa dan guru, yaitu:
  1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.
  2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
  3. Kompetensi dasar antar matapelajaran yang dipelajari siswa berada dalam tema yang sama.
  4. Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
  5. Kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
  6. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
  7. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain.
  8. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan dapat dipersiapkaan sekaligus. Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
  9. Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir.
  10. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah.
  11. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka dapat diharapkan penguasaan konsep oleh siswa akan semakin baik dan meningkat.
  12. Memberikan pengalaman dan KBM yg relevan dg tingkat perkembangan dan kebutuhan anak
  13. Menyenangkan, karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak
  14. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna
  15. Mengembangkan keterampilan berpikir anak sesuai dengan permasalahan yg dihadapi
  16. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerjasama
  17. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain
  18. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dg permasalahan yg ditemui

2/25/2015

Tujuan Manajemen Kelas (Pengelolaan Kelas)

Tujuan Manajemen Kelas (Pengelolaan Kelas)
Sebelumnya di blog kesayangan kita ini telah dibahas tentang pengertian manajemen kelas dan juga manajemen kelas dalam kaitannya dengan guru. Masih melanjutkan seri tentang manajemen kelas ini, kali ini akan diuraikan mengenai apa saja tujuan-tujuan manajemen kelas yang dilakukan oleh seorang guru.

Setiap guru yang melakukan fungsi manajemen di dalam kelasnya tentu mempunyai tujuan-tujuan khusus yang bermuara pada terciptanya kondisi belajar yang ideal selama proses pembelajaran berlangsung. Secara khusus tujuan-tujuan manajemen kelas antara lain:

  • Membuat siswa belajar semaksimal mungkin sesuai potensi yang dipunyainya

Setiap guru harus menyadari bahwa semua siswa memiliki potensi belajar yang berbeda-beda. Tugas guru adalah mengoptimalkan potensi yang mereka miliki sehingga dengan pembelajaran yang siswa lakukan, mereka dapat belajar sebaik-baiknya. Manajemen kelas yang baik dan efektif memungkin proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan memungkinkan siswa menggunakan semaksimal mungkin potensi yang mereka miliki. Adalah sebuah kerugian yang besar jika dalam pelaksanaan pengajaran, siswa tidak belajar secara maksimal karena adanya hambatan-hambatan belajar yang diakibatkan karena lemahnya manajemen kelas yang dilakukan oleh guru.
  • Menghilangkan atau mereduksi hambatan-hambatan pembelajaran

Manajemen kelas yang baik akan dapat menghilangkan atau paling tidak mereduksi (mengurangi) hambatan-hambatan belajar yang selalu akan muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran dapat terhambat oleh beragam sebab. Di dalam sebuah kelas misalnya, hambatan bisa saja muncul dari salah satu siswa
yang mungkin membuat keributan sehingga mengganggu proses pembelajaran seluruh siswa di kelas itu. Guru yang handal akan dapat memanajemen hal ini sehingga hambatan yang muncul karena keributan atau gangguan tersebut tidak berlangsung sampai parah, atau bahkan dapat dihindarkan muncul saat semua siswa aktif belajar.

  • Pengaturan lingkungan fisik, sosial dan emosional sehingga siswa dapat mendukung belajar siswa

Dalam melakukan manajemen kelas, seorang guru harus dapat mengelola banyak hal. Salah satu hal penting yang berkaitan dan berpengaruh dalam manajemen kelas adalah lingkungan belajar siswa. Lingkungan belajar siswa pada suatu kelas dapat berupa lingkungan fisik seperti bagaimana susunan meja dan kursi, letak papan tulis, letak alat dan bahan, hingga sumber pembelajaran. Selain itu lingkungan sosial dan emosional juga merupakan hal yang amat penting dalam memanajemen kelas. Bagaimana tingkah laku guru di kelasnya akan membentuk atmosfer yang khas. Seharusnya atmosfer yang tercipta adalah atmosfer yang mendukung proses pembelajaran berlangsung efektif. Guru yang ramah, terbuka, dan tanggap terhadap kebutuhan siswanya dan segera memfasilitasi hal-hal pada tempatnya akan dapat membentuk lingkungan sosial emosional yang kondusif untuk pengajarannya dan proses pembelajaran anak.
  • Membimbing siswa berdasarkan karakteristik dan kebutuhan mereka masing-masing

Siswa datang dari beragam jenis keluarga. Mereka tinggal di lingkungan yang berbeda. Mereka terlahir dari ayah dan ibu yang berbeda, sehingga semua perbedaan itu membentuk karakteristik yang unik pada diri setiap siswa. Ini berarti bahwa tidak ada siswa yang identik. Semuanya berbeda-beda, dan guru harus mampu memenuhi kebutuhan mereka semua dalam kaitan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Menyelami karakteristik setiap siswa akan dapat membawa guru untuk mengerti apa sesungguhnya kebutuhan belajar mereka masing-masing. Manajemen kelas yang dilakukan guru seharusnya akan membantu guru untuk tujuan pemenuhan kebutuhan masing-masing siswa yang berkarakteristik unik ini.

Demikian tulisan tentang  tujuan manajemen kelas. Pada tulisan berikutnya, mudah-mudahan kita masih diluangkan waktu dan kesempatan untuk melanjutkan pembahasan mengenai manajemen kelas ini.

Stoples Reward untuk Kelas Anda

trik menggunakan STOPLES PENGHARGAAN KELAS
STOPLES PENGHARGAAN KELAS

Stoples Reward untuk Kelas Anda

Pada artikel kali ini kami ingin berbagi mengenai sebuah trik yang tentu dapat anda lakukan di kelas anda (kelas 1 - 6 SD atau sederajat). Trik yang dimaksud di sini adalah cara memberikan penghargaan atau reward untuk seluruh siswa-siswa di kelas anda. Beberapa guru mungkin sudah biasa memberikan reward secara klasikal untuk siswanya, misalnya dengan membolehkan siswa beristirahat lebih awal dari jadwal yang seharusnya karena mereka sekelas telah melakukan kegiatan kebersihan kelas dengan baik (semua berpartisipasi dengan bersemangat), atau mungkin karena sebab-sebab lain dengan tujuan untuk membuat semua siswa menjadi senang dan gembira dan terdorong secara kolektif untuk berperilaku positif.

Trik yang akan dibagikan kali ini boleh kita namakan STOPLES PENGHARGAAN KELAS. Berdasarkan namanya tersebut, maka trik ini membutuhkan sebuah stoples transparan sebagai tempat untuk menaruh bola-bola penghargaan yang diterima oleh kelas. Bagaimana caranya? Yuk disimak.

STOPLES PENGHARGAAN KELAS

  • Siapkan sebuah stoples bening ukuran sedang lengkap dengan tutupnya.
  • Siapkan sekantung bola-bola plastik warna-warni berdiameter sekitar 5 cm atau 3 cm yang banyak dijual tukang mainan anak.
  • Beri label dengan kertas bufallo berwarna cerah bertuliskan "STOPLES PENGHARGAAN KELAS" atau "STOPLES REWARD KELAS" dengan merekatkannya menggunakan selotip transparan.
  • Ketika siswa-siswa dalam pembelajaran berperilaku baik (belajar dengan tekun dan bersemangat) dalam pelajaran anda, berikan 1 bola berwarna kepada seorang siswa untuk dimasukkan ke dalam stoples.
  • Pada kesempatan pembelajaran yang lain, ketika siswa dapat belajar dengan tertib, berikan 1 bola berwarna lagi untuk dimasukkan ke dalam stoples.
  • Untuk kesempatan yang lain, mungkin anda dapat memberikan bola kepada salah seorang siswa karena seluruh siswa di kelas anda telah mengikuti upacara bendera dengan baik dan membentuk barisan paling rapi.
  • Berikan 1 bola berwarna setiap kali siswa-siswa di kelas berperilaku positif.
  • Apabila stoples telah penuh dan tidak dapat lagi ditutup rapat, maka berarti saatnya mereka semua mendapatkan hadiah dari anda: misalnya anda membacakan sebuah buku cerita untuk mereka, atau mereka semua boleh menonton sebuah video kartun favorit mereka, dan lain sebagainya.

Tips pelaksanaan terkait stoples penghargaan kelas:

  • Gunakan stoples yang ukurannya cukup menampung 10 -15 bola saja.Jangan menggunakan stoples yang terlalu besar atau kecil sehingga terlalu cepat penuh atau terlalu lama baru penuh.
  • Berikan hadiah yang benar-benar menarik. Ingat, menarik di sini bukan berarti mereka harus diberikan makanan seperti permen atau uang, tetapi lebih kepada hadiah yang sifatnya mendidik tetapi tetap menyenangkan.
  • Letakkan stoples di atas rak atau lemari dekat meja guru di depan kelas agar semua siswa dapat memantaunya.

Demikian trik "STOPLES PENGHARGAAN KELAS" untuk digunakan di kelas anda agar semua siswa terdorong untuk berperilaku positif. Selamat mencoba.

Icebreaker, Mengapa Anda Harus Menggunakannya dalam Setiap Presentasi?

Icebreaker, Mengapa Anda Harus Menggunakannya dalam Setiap Presentasi ?

Apakah Icebreaker itu?

Anda adalah seorang pemula untuk diundang sebagai pemateri atau penyaji dalam sebuah seminar atau kegiatan? Seperti jika anda memang orang yang demikian, anda dapat mencermati tulisan tentang icebreaker berikut ini:

Kalau anda sering mengikuti seminar atau menghadiri sebuah presentasi dalam sesi dengan waktu yang cukup panjang, umumnya akan menemui penggunaan icebreaker oleh sang narasumber atau presenter.

Icebreaker adalah selingan menarik yang terkadang seakan-akan agak melenceng dari topik yang sedang dibicarakan yang diberikan oleh seorang pemateri seminar, narasumber, pembicara, ataupun presenter dengan tujuan umum untuk memberikan energi dan semangat baru kepada para peserta seminar, atau audien. Tetapi fungsi icebreaker sebenarnya tidak hanya sekedar itu. Ada beberapa tujuan lain dari penggunaan icebreaker dalam sebuah kegiatan yang melibatkan peserta seminar atau audien tadi. Demikian juga penggunaannya sebenarnya tidak hanya dilakukan di tengah-tengah kegiatan, bisa juga dilakukan di awal atau di akhir kegiatan. Istilah lain icebreaker apabila digunakan di awal kegiatan adalah warming up (pemanasan) dan bila dilakukan untuk memberikan energi baru atau semangat baru kepada peserta kegiatan yang mulai bosan adalah energizer.

Mengapa Menggunakan Icebreaker, Warming Up, dan Energizer dalam Sesi Seminar atau Presentasi Anda?

Beberapa hal yang dapat dijadikan alasan mengapa anda, sebagai pemateri atau narasumber sebaiknya menggunakan icebreaker adalah sebagai berikut:
  • Jika digunakan di awal kegiatan, maka pemanasan (warming up) akan dapat membantu dalam anda dalam memikat perhatian para audien. Anda tentu tahu bahwa kesan pertama akan penampilan anda sangatlah penting. Begitu pula dengan penampilan anda dalam sebuah seminar atau presentasi. Kesan awal yang akan ditangkap peserta sangat penting. Anda dapat merebut hati mereka dalam menit-menit pertama penampilan anda. Selanjutnya, jika anda telah berhasil melakukan ini, maka langkah-langkah selanjutnya akan menjadi lebih mudah.
  • Jika digunakan di awal kegiatan, selain berguna untuk menarik perhatian peserta atau audien anda, maka anda juga dapat menggunakan warming up untuk menciptakan iklim seminar atau presentasi yang sesuai. Untuk ini, tentunya anda harus selektif dalam memilih jenis warming up yang akan digunakan. Anda harus memperhatikan apakah materi warming up yang anda gunakan sesuai dengan materi yang disampaikan.
  • Jika digunakan di awal kegiatan, warming up juga dapat berfungsi untuk mengakrabkan anda dengan peserta serta antar sesama peserta.  Pilihlah warming yang membutuhkan kerjasama untuk tujuan ini. Jadi walaupun mungkin anda dan peserta, atau antar sesama peserta belum begitu kenal (atau bahkan baru bertemu) maka dengan cepat keakraban akan terbentuk oleh warming up yang anda berikan.
  • Jika icebreaking digunakan di tengah kegiatan seminar atau presentasi anda, maka ia dapat memberikan energi baru kepada para peserta (dan juga anda sendiri). Di dalam sebuah sesi seminar atau presentasi dengan durasi waktu yang cukup panjang, audien akan mudah sekali teralih perhatiannya kepada hal-hal lain, walaupun sesaat saja penyajian anda tidak menarik. Siapapun dan sehebat apapun seorang pemateri seminar, narasumber atau presentasi, pasti ada saat-saat ia akan kehilangan perhatian audiennya. Dengan memberikan icebreaking beberapa menit, anda akan kembali menyuntikkan energi baru agar mereka kembali fokus kepada anda.
  • Jika digunakan di tengah-tengah kegiatan, maka icebreaking akan membantu peserta seminar atau audien anda (dan mungkin juga anda sendiri) untuk lepas dari ketegangan karena terlalu serius dengan penyajian anda. Ini akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk merileks-kan pikiran, bahkan juga anggota tubuh mereka yang mungkin telah cukup lama berada dalam posisi duduk (jika anda menggunakan icebreaking yang membuat peserta seminar atau audien anda berdiri dan bergerak bebas dari tempat duduknya).
  • Jika digunakan di tengah-tengah kegiatan, icebreaker dapat membuat peserta atau audien anda untuk berpikir di luar kotak (thinking out of box). Seringkali para peserta adalah orang yang terjebak dalam sebentuk pemikiran semata. Anda dapat memberikan pengalaman baru dengan membantu mereka untuk membuka pikiran terhadap hal-hal baru dari yang biasa mereka pikirkan. Dengan demikian, anda mungkin telah membuka pemikiran mereka terhadap gagasan-gagasan dan ide-ide baru dan orisinil.
  • Jika digunakan di tengah-tengah kegiatan, bisa jadi icebreking yang anda lakukan dapat memberikan motivasi baru kepada peserta atau audien anda. Seringkali para peserta seminar memerlukan pencerahan. Icebreaker-icebreaker tertentu yang dipilih dan dirancang dengan baik dapat digunakan untuk tujuan memotivasi ini.
  • Jika digunakan di akhir kegiatan, icebreaker dapat berfungsi sebagai metode untuk membantu peserta seminar atau audien anda dalam memetik hikmah dari presentasi atau paparan yang telah anda berikan.

Tips Memilih Icebreaker untuk Presentasi Anda

Sebagaimana telah disebutkan di atas, berhati-hatilah dalam memilih icebreaker untuk prsentasi anda. Anda harus mempertimbangkan ksesuaian icebreaker yang anda akan gunakan dengan tujuan anda memberikannya. Perhatikan pula siapa audien anda, berapa umur rata-ratanya? Apa profesinya? Status sosial ekonomi dan agamanya? Sebuah icebreaker dapat sesuai dan bagus digunakan pada suatu kegiatan tertentu tetapi bisa saja tidak cocok digunakan pada kesempatan kegiatan yang lain.

Nah, demikian beberapa alasan mengapa anda sebaiknya menggunakan icebreaker dalam presentasi atau paparan anda dari blog penelitian tindakan kelas dan model-model pembelajaran. Semoga bermanfaat.

2/24/2015

Contoh Soal TAP S1 PGSD UT

Sudah semester akhir  di Program Pendas (Pendidikan Dasar) PGSD Universitas Terbuka dan mau ujian TAP? Kali ini blog ini mencoba memberikan gambaran bagaimana soal TAP S1 PGSD UT itu serta bagaimana contoh jawabannya. Yuk disimak.

SOAL TAP (TUGAS AKHIR PROGRAM) S1 PGSD UT - UNIVERSITAS TERBUKA

Contoh soal TAP S1 PGSD UT lengkap dengan Contoh Jawaban
Contoh Soal TAP S1 PGSD UT
Soal TAP S1 PGSD UT

KASUS PEMBELAJARAN IBU PRATIWI

Soal:
Ibu Pratiwi mengajar di kelas 1 SD. Suatu hari, Ibu Pratiwi membacakan sebuah cerita. Anak-anak mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Setelah selesai membacakan cerita tersebut, Bu Pratiwi bertanya kepada anak-anak.

Bu Pratiwi: “Siapa nama anak yang pintar dalam cerita tadi?”
Anak-anak menjawab serentak: “Dewi”.

Bu Pratiwi: “ Bagus sekali anak-anak, sekarang coba tulis nama Dewi di buku masing-masing”.

Semua anak segera menulis. Bu Pratiwi berkeliling mengamati anak-anak menulis. Setelah semua anak kelihatan selesai menulis, Bu Pratiwi meminta seorang anak maju ke depan untuk menuliskan kata dewi di papan tulis.

Bu Pratiwi: “Siapa yang tulisannya sama dengan yang di papan tulis?”

Semua anak mengangkat tangan. Bu Pratiwi melanjutkan pertanyaan.

Bu Pratiwi: “Dewi tinggal di mana anak-anak? Yang menjawab, angkat tangan”

Semua anak mengangkat tangan. Bu Dewi menunjuk seorang anak.

Tika: “Di desa, Bu”.

Dari jawaban ini, Bu Pratiwi mengajak anak-anak bercerita tentang jenis-jenis tumbuhan yang ada di desa, tentang sawah, tentang penerangan yang digunakan orang-orang di desa, tentang jual beli di pasar desa, dan tentang sungai yang airnya sangat jernih dengan ikan-ikan yang berenang hilir mudik. Cerita itu menjadi menarik karena Bu Pratiwi juga membawa gambar-gambar yan menarik tentang desa, yang dipajangnya di papan tulis.

Pertanyaan:
  1. Dilihat dari topik-topik yang dicakup dalam pembelajaran di atas, model pembelajaran apa yang diterapkan oleh Bu Pratiwi? Jelaskan secara singkat 3 (tiga) karakteristik model pembelajaran tersebut.
  2. Apakah model pembelajaran tersebut sesuai untuk anak kelas I? Dukung jawaban Anda dengan 3 (tiga) alasan yang terkait dengan perkembangan anak dan teori belajar.

Jawaban Soal TAP S1 PGSD UT

CONTOH JAWABAN:
1.    Model pembelajaran yang diterapkan oleh Bu Pratiwi adalah model pembelajaran terpadu. 3 (tiga) karakteristik model pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut:
  • Berpusat pada siswa (student centered). Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan kepada siswa baik secara individu maupun secara kelompok. Siswa aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan tingkat perkembangan mereka.
  • Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan. Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil nyata yang didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari, dan mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Dengan ini, dapat diharapkan kemampuan siswa untuk menerapkan perolehan belajaranya pada pemecahan masalah-masalah nyata dalam kehidupannya.
  • Belajar melaui proses pengalaman langsung. Pada pembelajaran terpadu siswa diprogramkan untuk terlibat secara langsung pada konsep dan prinsip yang dipelajari dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung, sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa, berperan sebagaipencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya
  • Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata. Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan penemuan terbimbing (discovery inquiry) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan siswa sehingga memungkinkan siswa untuk terus-menerus termotivasi untuk belajar.
  • Sarat dengan muatan keterkaitan. Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandangnya yang terkotak-kotak sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi dan menghadapi kejadian yang ada.
  • Bersifat fleksibel. Pembelajaran terpadu bersifat luwes (fleksibel), dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

2.    Ya, model pembelajaran terpadu sesuai untuk anak kelas 1 SD, karena 3 alasan berikut:
  • Sesuai dengan cara belajar anak. Anak yang duduk di kelas awal SD dalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat penting dan sering disebut periode emas (the golden years). Siswa pada usia seperti anak kelas 1 SD masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan, satu keterpaduan (berpikir holistik) dan memahami hubungan antar konsep secara sederhana. Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikirannya) dan proses akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Belajar dimaknai sebagai proses interaksi anak dengan lingkungannya.
  • Sesuai dengan tahap perkembangan intelektual anak yang berada pada tahap operasi konkret. Anak-anak belajar dari hal-hal konkret, yakni yang dapat dilihat, dapat didengar, dapat diraba, dapat dirasa, dan dapat dibaui. Proses pembelajaran masih bergantung pada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialami mereka secara langsung, di mana hal ini sesuai dengan falsafah belajar bermakna (meaningful learning). Pembelajaran terpadu mengakomodasi kebutuhan anak untuk belajar dari hal-hal yang konkret sebagaimana yang telah dilakukan oleh Ibu Pratiwi. Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep yang telah dipelajari akan dipahami dengan baik dan tak mudah dilupakan.
  • Saat proses belajar melalui pembelajaran terpadu, setiap anak, termasuk anak kelas 1 SD, tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi juga berupa kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang lebih utuh. Ini juga sejalan dengan falsafah konstruktivisme yang menyatakan bahwa anak  mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak.
Demikian contoh soal TAP S1 PGSD UT (Universitas Terbuka) Program Pendas lengkap dengan contoh jawabannya. Secepatnya kami juga akan memberikan contoh-contoh soal TAP S1 PGSD UT lainnya. Semoga bermanfaat.

Tips Memanajemen Pembelajaran Berbasis Proyek

Kali ini blog kesayangan anda, masih membahas tentang model pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) untuk menyambut pemberlakuan Kurikulum 2013 nanti. Kali ini yang dikupas adalah beberapa tips praktis untuk manajemen pembelajaran berbasis proyek.

Berikut ini adalah beberapa tips yang dapat anda gunakan saat memanajemen pelaksanaan model pembelajaran berbasis proyek di dalam kelas anda.

Gunakan sosial media.

Sebagai guru anda tentu harus dapat memonitor setiap perkembangan proyek yang dilakukan anak-anak. Teknologi jaman sekarang telah dapat digunakan bahkan sampai ke pelosok. Karena itu pemanfaatan internet dalam hal ini sosial media seperti facebook dan bahkan google drive dapat membantu anda dan siswa saling terhubung satu sama lain. Anda sebagai guru dapat memberikan masukan-masukan atau saran-saran dan umpan balik saat siswa mengupload berita perkembangan terbaru mengenai proyek mereka. Anda juga dapat mengoreksi draft dokumen seperti laporan proyek yang sedang mereka garap.

Gunakan bahasa yang menarik

Saat anda sebagai guru membuat pengumuman atau arahan kepada siswa saat berada di dalam kelas, hindari penggunaan kata-kata yang “biasa dan sering mereka dengar” seperti, “Anak-anak, perhatikan sebentar, ini penting”, atau kata-kata sejenisnya. Tetapi, sangat baik dan sangat memotivasi jika anda menggunakan kata-kata seperti, “Baik, para manajer proyek, saya ingin kalian memperhatikan hal-hal berikut sebelum mulai bekerja” dan sejenisnya. Memotivasi mereka dengan kata-kata seperti itu dapat menggugah semangat kreatif mereka.

Atasi Siswa atau kelompok siswa yang sulit

Di dalam kelas manapun dan sekolah manapun selalu ada siswa-siswa yang sulit. Sulit di sini maksudnya adalah siswa yang kurang termotivasi atau bahkan tidak termotivasi sama sekali. Oleh karena itu pembelajaran proyek yang anda lakukan ada baiknya selalu mengkombinasikan antara kerja tim dan individual. Variasi keduanya secara tepat akan membantu siswa sulit untuk lebih memiliki rasa tanggungjawab dan dapat membantu mereka memunculkan motivasi dari dalam diri mereka sendiri. Selain itu, selalulah ‘aware’ terhadap mereka. Apabila mereka telah melakukan suatu kegiatan dengan cukup baik, berikanlah pujian yang sewajarnya.

Frekuensi penilaian formatif lebih banyak

Model pembelajaran berbasis proyek memerlukan waktu yang lebih panjang dalam pelaksanaannya dibanding model pembelajaran lainnya, karena itu lakukanlah penilaian formatif dalam rentang waktu tertentu di setiap tahapan proyek yang mereka (siswa) lakukan. Hal ini tidak hanya menguntungkan siswa untuk memperoleh nilai yang lebih bagus, tetapi juga akan sangat bermanfaat bagi anda sebagai guru karena dengan demikian sekaligus anda telah melakukan monitoring pelaksanaan proyek siswa langkah per langkah.

Berikan kesempatan yang lebih besar kepada siswa

Model pembelajaran berbasis proyek seringkali melelahkan apabila tidak dimanajemen dengan baik, baik dilihat dari sisi siswa maupun bagi guru. Karena itu, guru seyogyanya selalu memberikan kesempatan kepada mereka untuk menikmati proyek yang dilakukan dengan memberi kemungkinan yang lebih luas dalam kreativitas dan pemecahan masalah. Ide-ide dari siswa patut diberikan penghargaan dan diakomodasi agar mereka tidak menjadi bosan dan merasa bahwa pembelajaran dan proyek itu adalah milik mereka sendiri dan mereka punya keinginan untuk menyelesaikannya dengan sukses.

Bantu mereka menyelesaikan proyek secara bertahap

Seperti disebutkan sebelumnya bahwa model pembelajaran berbasis proyek memerlukan waktu dan kerja dalam rentang waktu yang relatif lama (sekitar dua mingguan), maka bagilah proyek mereka ke dalam tahapan-tahapan yang dapat mereka manajemen. Jika mereka menemui kesulitan pada suatu tahapan, bantulah mereka dan jangan biarkan mereka kebingungan. Tahapan-tahapan penting dalam penyelesaian sebuah proyek.

Buat kontrak dengan tim (kelompok siswa)

Jika pembelajaran berbasis proyek dilakukan secara tim atau berkelompok maka ada baiknya anda membantu mereka dengan membuat sebuah kontrak proyek. Kontrak proyek dapat dibuat antara guru (anda) dengan setiap kelompok, misalnya kapan proyek atau tahapan-tahapan tertentu dari proyek harus selesai. Sementara, antara sesama siswa dalam tim dapat dibuat kontak tugas yang mana di dalamnya berisi pembagian tugas sehingga semua rencana dapat mereka jalankan dengan baik.

Buatlah tim yang solid

Jangan sesekali membentuk kelompok siswa untuk proyek secara acak. Anda harus jeli menyusun semua siswa yang ada di kelas anda dan memasukkannya ke setiap kelompok sedemikian rupa sehingga masing-masing tim atau kelompok siswa akan mempunyai kemungkinan berhasil menyelesaikan proyek secara setara. Cara-cara pengelompokan sebagaimana yang disarankan dalam implementasi model pembelajaran kooperatif dapat diterapkan di sini.

Berikan kebebasan siswa untuk menentukan peranannya di dalam setiap kelompok

Setelah kelompok atau tim siswa terbentuk, berikan kebebasan kepada mereka untuk menentukan peranannya masing-masing, tetapi tetap dalam prinsip keadilan. Ini dapat dilakukan pada saat anda membantu siswa (kelompok siswa) membuat kontak bersama di dalam kelompoknya.

Konflik dalam kelompok adalah hal yang wajar

Ajarkan kepada siswa dalam kelompok bahwa perbedaan pendapat, kritik dari anggota lainnya, dan hal-hal semacamnya adalah wajar. Itulah yang namanya dinamika sebuah tim. Mereka harus menyadari bahwa justru perbedaan pendapat akan membantu mereka menemukan ide-ide baru yang orisinil untuk penyelesaian proyek mereka. Bantu mereka belajar bagaimana mengatasi adanya konflik di dalam sebuah tim.

Rayakan setiap pencapaian

Pembelajaran berbasis proyek sebenarnya terdiri dari tahapan-tahapan proyek. Apabila siswa telah selesai menyelesaikan seluruh tahapan dari rangkaian dan berarti proyek mereka tuntas, maka rayakanlah keberhasilan mereka di kelas anda. Buat sesuatu yang dapat menyenangkan mereka. Anda juga dapat memberikan kesempatan kepada setiap tim untuk mengekspresikan kegembiraan dan keberhasilan tim mereka dalam menyelesaikan proyek, biar bagaimanapun kualitas hasil proyek yang mereka dapatkan.

Berikan umpan balik yang bermanfaat dan mudah dipahami

Setelah berakhirnya penyelesaian sebuah proyek oleh siswa atau kelompok siswa, mereka membutuhkan feedback atau umpan balik dari anda. Umpan balik diperlukan agar mereka dapat bekerja dan belajar lebih baik pada kegiatan pembelajaran berbasis proyek berikutnya. Berikan umpan balik yang mudah dimengerti.